" Jumpa… jumpa…"
Suara itu berkumandang.
"hehe… Jumpa.. Jumpa.."
'Dah jumpa"
Diikuti dengan ketawa yang nyaring.
"Siapa??"
Senyap.
Suki memerhatikan sekelilingnya. Tiada sesiapa di sini. Cuma dia di lorong ini. Tapi, kenapa dia terasa ada yang memerhatikannya??
Suki menelan air liurnya. Terasa tekaknya begitu payau.
" Hai, Suki… " tegur seorang budak perempuan yang tiba-tiba berada tidak jauh di depannya.
Budak perempuan yang memakai gaun biru itu memerhatikannya tajam.
Di tangannya terdapat sebuah teddy bear putih yang besar.
Suki menarik nafas lega. Dia tak tahu kenapa dia berasa cuak dari tadi. Di depannya hanya ada seorang budak perempuan berusia lingkungan 12 tahun.
" Dik nie sapa??" tanyanya.
" ehhh!!…….. " teriakkan itu mengejutkan Suki.
Seorang budak perempuan yang lain tiba- tiba menjenguk keluar dari arah belakang budak perempuan misteri ini. Muka budak itu mencuka, bila kehadirannya rupanya tidak disedari.
Wajah mereka yang seiras, tinggi dan warna rambut yang keperangan .buatkan mereka berdua tidak ubah seperti anak patung. Mereka rupanya kembar.
" Dia tidak kenal kite, Ichie." kata budak perempuan yang baru muncul itu. Di tangannya terdapat anak patung yang sama dengan kembarnya. Namun patungnya begitu menakutkan.
Beruang teddy bear warna putih itu kotor dan koyak.Soket matanya terkulai jatuh. Manakala kaki dan tangannya mempunyai kesan-kesan jahitan bukti ia pernah tertanggal lalu disambung kembali. Terdapat tompok-tompok hitam di badan teddy bear itu, seolah-olah darah kering.
Suki mengalihkan renungannya dari anak patung yang mengerikan itu.
" Ohh.. ruginya." jawab budak perempuan yang di panggil Ichie.. Suki mengingati namanya sebagai Ichie.
" Tapi kami kenal kakak." sambungnya.
Dia mendekati Suki yang masih keliru dengan situasi ini. Kembarnya pula mengelilingi Suki, membelek Suki atas bawah, sambil tersenyum sinis.
Terasa tangan SUki berpeluh dingin. Dia tidak suka pandangan budak berdua ini, nada suara mereka, renungan mereka. Satu perkataan sahaja yang boleh Suki gambarkan perasaannya saat itu.
Terancam~
" Ooo… kakak dah jumpa Love."
Ichie merenung tajam pada cincin di jari Suki. Pantas Suki menyembunyikan tangannya ke dalam kocek seluar.
" Love.. love… Love…LOve!! Love! " usik kembarnya dalam ketawa yang terkekeh-kekeh.
" Shhhhhhhhhh!!!…………." Marah Ichie .
Kembarnya mendiamkan diri. Namun, senyuman di bibirnya masih terpamer di wajahnya. Menyeringai seperti dubuk yang nakal.
Suki menelan air liur. Dia perlu pergi dari sini. Itu yang otaknya tafsirkan saat itu. Dia cuba mengerakkan kakinya, tetapi sia-sia.
Kakinya terasa terpaku.
Keras dan sejuk.
Ketakutan menghantui dirinya saat ini.
" Kakak takut ke? "
Kembarnya menutup mulut, menahan gelak yang ingin tersembur. Apa yang melucukan mereka?
" Kakak memang patut takut."
Gertak Ichie sambil ketawa kecil. Kembarnya turut mengetawakan . Hilai tawa mereka bergema di sekeliling. Panjang dan menjela-jela.. Menakutkan..Seolah-olah mereka mempunyai kuasa terhadap Suki. Kuasa untuk mencederakan dirinya.
" Kamu berdua nak apa??
" Suki mengumpul seluruh tenaganya untuk mengeluarkan soalan itu. Dia tidak peduli walaupun kata-katanya itu keluar dalam nada gementar.
Dia cuma ingin melindungi dirinya saat ini.
Tangannya meraba-raba handphone. Dia perlu call seseorang. Love?
Kedua-dua budak perempuan itu diam.. Wajah comel itu serius. Mereka merenung Suki . Lama, sebelum kembar Ichie menjawab pertanyaanya.
" Sebab Love milik kakak." Kata kembar Ichie.
" Dan kakak memiliki Love." Sambung Ichie.
" Love hanya milik satu orang."
" Satu orang seumur hidup."
" Milik Acey." Kata mereka serentak.
Acey? Abangnya? Acey? Apa maksud semua ini. Acey dah ma…
" Acey dah mati." kata Ichie seakan membaca fikiran Suki.
" Jadi, Love patut mati."
Ichie dan kembarnya berhenti bercakap lagi.
Mereka merenung Suki yang tampak terkejut.
Mati?? Kenapa budak –budak ini bercakap pasal mati seolah-olah perkara biasa?
" ooohhh….. Love tak beritahu apa-apa pada kakak ker?' sindir Ichie.
"Hhehehe…."
Ichie mendekati SUki.
" Biar Ichie beritahu satu rahsia. " bisik Ichie.
" Acey mati dibunuh dan Love tahu pembunuhnya. Semuanya... "
Ichie menarik kembarnya dan berlalu pergi. Mereka berdua ketawa kecil.